Jumat, 11 Februari 2011

ENCENG GONDOK DI LINGKUP SAWAH TAMBAK MERUGIKAN ATAU MENGUNTUNGKAN ? ( oleh Suyadi, S.Pi )


Sepanjang bulan Mei tahun  2010, informasi yang sering kita dengar dan lihat sehubungan dengan usaha budidaya ikan di sawah tambak di Kabupaten Lamongan adalah  adanya musibah banjir yang telah merendam ribuan hektar sawah tambak di beberapa wilayah kecamatan yang memiliki potensi budidaya ikan di sawah tambak. Sehingga pembudidaya ikan mengalami kerugian yang sangat besar dari musibah ini.. Sebenarnya ada fenomena lain, yang menarik untuk kita perhatikan bersama, yaitu terjadinya   booming (pertumbuhan yang pesat) dari tumbuhan Enceng Gondok di lingkungan sekitar sawah tambak, di telaga, rawa maupun sepanjang sungai yang melingkupi area sawah tambak.
Tumbuhan Enceng gondok             ( Eichhornia crassiper ) atau sering kita sebut Bengok, merupakan tumbuhan yang hidup di permukaan air dan sering dikategorikan sebagai gulma yang merusak lingkungan perairan. Bengok,  masuk dalam famili Pontederiaceae, dapat tumbuh subur di lingkungan sekitar sawah tambak, diduga akibat keberadaan  sisa-sisa pupuk di sawah tambak, yang ikut keluar bersamaan terjadinya rendaman banjir. Kita sering melihat keberadaan tumbuhan enceng gondok ini, dapat memenuhi permukaan saluran air dan sungai-sungai di sekitar sawah tambak. Dan tentunya akan berdampak bagi masyarakat, terutama pembudidaya ikan yang ada di wilayah tersebut.
Dampak negatif keberadaan Enceng Gondok ini yang perlu kita perhatikan diantaranya adalah:
  1. Menurunnya jumlah cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan, sehingga tingkat kelarutan Oksigen dalam air berkurang.
  2. Meningkatnya evapotranspirasi  yaitu penguapan dan hilangnya air, melalui daun, karena ukuran daun enceng gondok yang lebar dan cepat tumbuhnya.
  3. Enceng gondok yang mati akan turun ke dasar perairan sehingga mempercepat proses pendangkalan.
  4. Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia, misalnya nyamuk dan tikus.
  5. Menurunnya estetika, tingkat keindahan lingkungan
  6. Menghambat transportasi, perahu maupun aliran air yang sering tersumbat.
 Beberapa usaha yang dapat kita lakukan, untuk mengurangi laju pertumbuhan dan populasi dari enceng gondok ini adalah:
  1. Menggunakan Herbisida
  2. Mengangkat secara langsung enceng gondok tersebut dari badan air
  3. Menggunakan ikan predator alami, misalnya dari golongan ikan Grass Carp, yaitu dari jenis ikan Ctenopharyngodon idella, atau yang sering kita sebut sebagai ikan Koan.
  4. Memanfaatkan enceng godok, misalnya sebagai bahan dasar pembuatan kertas, kompos, biogas, peralatan kerajinan tangan dan sebagai media tumbuh jamur merang.
Meskipun enceng gondok dianggap sebagai gulma di perairan, tetapi sebenarnya ia berperan dalam menangkap polutan logam berat. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa dalam waktu 24 jam, enceng gondok mampu menyerap logam Kadmium ( Cd ), merkuri ( Hg ), dan nikel ( Ni ), masing-masing sebesar 1,35 mg/g, 1,77 mg/g dan 1,16 mg/g, bila logam itu tidak bercampur. Enceng gondok juga menyerap Cd 1,23 mg/g, Hg 1,88 mg/g dan Ni 0,35 mg/g berat kering, apabila logam-logam itu berada dalam keadaan bercampur dengan logam lain. Sedangkan peneliti lain mengatakan logam Chrom ( Cr ) dapat diserap enceng gondok secara maksimal pada pH 7. Selain dapat menyerap logam berat Enceng gondok juga mampu menyerap residu pestisida.
Untuk saat ini yang sering pula kita melihat, bahwa para pembudidaya ikan juga memanfaatkan enceng gondok sebagai pematang tambahan, untuk membantu peran waring, dalam mencegah keluarnya ikan akibat volume air sawah tambak yang sangat tinggi.

1 komentar: